RESUME JURNAL MEKANISASI PERTANIAN Postharvest Technology of Fruits and Vegetables: An Overview, journal of post harvest technology

RESUME JURNAL MEKANISASI PERTANIAN
Postharvest Technology of Fruits and
Vegetables: An Overview, journal of post
harvest technology

 








DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6


OLEH :
1.     Fairuz Muhammad Rifq          135040201111406
2.     Gabriel Wisdom Siregar          165040200111107
3.     Angelika Putri M. P.               165040200111113
4.     Salsabilla P.N.A.W.                165040201111041
5.     Eka Mawarta Tarigan              165040201111245
6.     Muhammad Husni F.              165040207111083


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017


BAB 1
PENDAHULUAN
Total produksi sayur dan buah dunia mencapai 485 juta dan 392 ton. India merupakan produsen terbesar kedua. India juga menempati peringkat pertama dalam spenghasil jahe dan okra, kedua pisang, pepaya, mangga dll (Anonymous,201). Namun kasus pada negara berkembang seperti India, kerugian pasca panen hampir 50% yang berpengaruh pada hasil dan ketersediaan untuk konsumen (Vita eat al, 2007). Hal-hal yang mempengaruhi kerusakan pasca panen adalah penangan yang tidak tepat, penyimpanan, dan kesalahan teknik-teknik penangan. Salah satu akibatnya untuk buah dan sayur yaitu pembusukan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Kerusakan pasca panen dapat mengakibatkan kerugian secara kuantitaif dan kualitatif. Untuk hasil panen yang baik, maka perlu penangan pasca panen yang tepat. Beberapa studi menyimpulkan bahwa postharvest kerugian yang masih merupakan tantangan dan deklinasi tidak signifikan telah diamati dalam dua dekade menurut sumber daya (program pendidikan, program pelatihan dan program-program penelitian) digunakan. Studi mengungkapkan bahwa jumlah kerugian pasca panen (selama panen, penanganan, pengemasan dan pengangkutan) sebanyak 30-40% dari total produksi. Dari berbagai literatur juga menyimpulkan kebersihan teknologi pasca panen dikembangkan tetapi evaluasi kelayakan teknologi pasca panen kurang baik (Kitinoja et al., 2011). Kualitas pasca panen dan lama penyimpanan berhubungan dengan praktek-praktek budidaya, varietas budidaya dan aspek lingkungan. Karakteristik tanah dan iklim dan pengolahan terpadu  juga mempengaruhi kerugian pasca panen dan lama penyimpanan pasca panen (Bachmann et al., 2000). Pengurangan kualitas, lama penyimpanan dapat diminimalkan dengan cara memperhatikan penyimpanan, transportasi dan kondisi lingkungan (Ilić et al., 2009). Beberapa faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan gas atmsosfer merupakan hal yang sangat mempengaruhi kerusakan pasca panen. Buah dan syur merupakan hal yang sangat penting untuk pemenuhan vitanmin, mineral dan serat, karena beberapa manfaat gizi mengkonsumsi buah dan sayuran dapat meningkat komersialisasi buah-buahan dan sayuran (Egharevba, 1995).



BAB II
ISI
2.1 KERUGIAN PASCA PANEN : SKENARIO DUNIA
Minimalisasi kerugian pada saat panen pada beberapa aspek yaitu biologis dan lingkungan, ini dapat dikendalikan dengan penggunaan teknologi pascapanen yang sesuai. Beberapa aspek kualitas seperti nilai gizi, penampilan fisik, dan karakteristik sensorik yang mempengaruhi kerugian baik secara kualitatiif maupun kualitatif buah dan sayuran. Beberapa penelitian menyatakan bahwa ada perbedaan besar antara kerugian pasca panen yang terjadi di negara berkembang dan negara maju, diperkirakan kerugian berkisar antara 2-23% bervariasi tergantung pada nilai produksinya, di Amerika Serikat secara keseluruhan rata-rata kerugian dari produksi sampai konsumsi diperkirakan 12% (Harvey, 1978). Negara-negara maju kisaran kerugian diamati 10-15% (Kantor er al, 1997). Di Rwanda, Ghana, Benin dan India, sebuah penelitian menemukan bahwa kerugian pada panen dan pasca panen berkisar antara 30% sampai 80% (Kitinoja et al, 2011). Total 1.30 miliar ton komoditas pangan telah pertahunnya menyebabkan kesenjangan yang sangat besar antara total produksi per kapita. Meminimalkan kerugian secara langsung dapat mempengaruhi ketersediaan makanan dan meningkatkan ketahanan pangan global. Perekonomian daerah berbasis pertanian di dunia terkena dampak kerugian pasca panen karena di daerah penjualan buah dan sayuran merupakan sumber pendapatan utama. Hampir 70% penghidupan di negara-negara Sub – Sahara Afrika bergantung pada buah dan sayuran.
Kerugian pada komoditas buah dan sayuran tidak hanya menyebabkan kelangkaan produk makanan konsumsi tetapi juga menimbulkan kekhawitiran terhadap dekomposisi limbah. Dekomposisi anaerobic dari limbah atau buah dan sayuran yang rusak di dalam tanah. Memancarkan gas metana dan mencemari lingkungan (Buzby dan Hyman, 2012). 31 juta metrik ton makanan rusak dan menghasilkan 14% dari total limbah padat negara tersebut pada tahun 2008 yang di laporkan oleh badan perlindungan lingkungan negara bagian Amerika Serikat dan total biaya dekomposisi yang ada di dalam tanah diketahui 1.3 miliar dolar (Buzby dan Hyman, 2012).



2.2  FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP TOTAL KERUGIAN MAKANAN
            Kerugian pascapanen adalah penurunan kualitas dan kuantitas buah-buahan dan sayuran yang signifikan dari sejak panen hingga konsumsi. Kerugian secara kuantitatif ditandai dengan berkurangnya berat dan volume, sedangkan kerugian secara kualitatif ditandai dengan hilangnya nilai gizi serta adanya perubahan warna dan tekstur. Beberapa faktor dan teknologi yang diadaptasi berpengaruh terhadap kerugian pascapanen berbagai buah dan sayuran, seperti metode panen, penanganan, sarana transportasi, teknik pengawetan dan ketersediaan pasar. Dengan pendekatan dan teknik yang modern, negara-negara maju telah berhasil meminimalkan kerugian pascapanen sampai batas tertentu. Sedangkan karena kurangnya metode mekanik, negara-negara berkembang masih menghadapi tantangan besar
Akibat tidak tersedianya peralatan panen yang memadai dalam proses penyimpanan buah dan sayuran, pengemasan serta transportasi menyebabkan kerusakan buah-buahan dan sayuran dalam jumlah besar. Misalnya, pengangkutan komoditas pertanian yang tidak tahan lama (mudah busuk) dengan menggunakan transportasi darat dengan jalanan yang tidak rata dapat menyebabkan tekstur buah dan sayur menjadi rusak karena saling bertubrukan satu sama lain. Contoh lain, yaitu buah jeruk yang jika disimpan pada suhu yang tinggi dapat menyebabkan kandungan vitamin C dan mineralnya menjadi hilang.


2.2 KERUGIAN PASCA PANEN : SKENARIO INDIA
India adalah negara produsen buah dan sayuran utama dunia dengan masing-masing 32 dan 71 juta ton. Produktivitas buah bervariasi antara 4-35 ton per hektar dan produktivitas sayuran bervariasi dalam 6-15 ton per hektar. India memproduksi 8% dan 15% dari total produksi buah dan sayuran dunia. Setelah China, India adalah penghasil total buah dan sayuran terbesar di dunia, namun karena tidak tersedianya penyimpanan dingin yang sesuai, fasilitas transportasi berpendingin, dan sayuran Rs. 13.300 crores rusak setiap tahun (Bhosale, 2013).
Iklim yang beragam di India membantu menghasilkan hampir semua jenis buah dan sayuran. Dalam berbagai langkah penanganan pascapanen hampir 20-30% dari hasil buah dari total sayuran yang dihasilkan dimanjakan dan menurun 100 g (Berdasarkan total hasil buah) menjadi 80 g per kapita per hari (berdasarkan hasil konsumsi setelah pengurangan kerugian ). Tingkat produksi buah meningkat 3,9% per tahun dan sektor pengolahan melibatkan buah untuk memperkuat 20% per tahun. Dalam kasus sayuran 30-35% dari total sayuran yang dihasilkan hilang dan hanya 2% dari total sayuran yang dihasilkan selama pemrosesan dan hanya mampu memasarkan sekitar 0,15 juta ton sayuran olahan (Anonymous, 2006). Pasar ekspor sayuran juga melebar dan mencatat volume 16% dan 25% dari nilai total sayuran yang dihasilkan. Umumnya, India mengekspor sayuran ke Wilayah Asia (Sri Lanka, Malaysia, negara-negara Teluk dan Singapura) dan Eropa (Inggris).

2.3 LANGKAH-LANGKAH PASCA PANEN
Penangan Pasca Panen
Buah dan sayuran yang sudah siap panen harus dipanen dengan sangat hati-hati agar kualitas buah dan sayuran tersebut terjaga dan baik. Cara menjaga kualitas buah dan sayuran yang sudah dipanen tersebut yaitu dengan cara disimpan dirak yang aman dan cukup untuk menyimpan buah dan sayuran tersebut. Buah dan sayuran tersebut dimasukan ke dalam kemasan yang sudah steril dan bersih yang dapat membantu meningkatkan kualitas dan mencegah penurunan kualitas buah dan sayuran. Cara lain menjaga kualitas buah dan sayuran yang sudah dipanen yaitu dengan cara teknologi pengawetan seperti cold storage yang tujuannya juga untuk menjaga kualitas sayuran dan buah baik serta bersih.
Pendinginan Panen Buah dan Sayuran
Buah dan sayuran yang sudah siap panen harus dipanen dengan sangat hati-hati agar kualitas buah dan sayuran tersebut terjaga dan baik. Cara menjaga kualitas buah dan sayuran yang sudah dipanen tersebut yaitu dengan cara disimpan dirak yang aman dan cukup untuk menyimpan buah dan sayuran tersebut. Buah dan sayuran tersebut dimasukan ke dalam kemasan yang sudah steril dan bersih yang dapat membantu meningkatkan kualitas dan mencegah penurunan kualitas buah dan sayuran. Cara lain menjaga kualitas buah dan sayuran yang sudah dipanen yaitu dengan cara teknologi pengawetan seperti cold storage yang tujuannya juga untuk menjaga kualitas sayuran dan buah baik serta bersih.
Penyimpanan Pasca Panen
Penelitian menyimpulkan bahwa 10-120 C suhu dan 90-95% kelembaban relatif diperlukan untuk penyimpanan mentimun karena suhu rendah besar kemungkinan  meningkatkan cedera dingin dan di atas tingkat 16 warna timun akan berubah. Fasilitas penyimpanan mempengaruhi kualitas fisik buah-buahan dan perawatan yang tepat dapat  meningkatkan kematangan buah-buahan dan sayuran. Suhu dan kelembapan yang tidak terkendali dapat meningkat kerugian, hal ini dapat dikontrol dengan bantuan penyimpanan dengan alat pendingin yang memadai. Penentuan pasca panen memiliki karakteristik dari buah dan sayurnya, seperti warna, tampilan fisik, kelembaban konten dan sensorik, sangat penting untuk mengatur penyimpanan yang benar dan transportasi. Terjadinya busuk pada buah dan sayuran karena adanya beberapa  faktor yang didefinisikan sebagai faktor intrinsik seperti reduksi kapasitas, tingkat kematangan, budidaya, tingkat gizi dan beberapa faktor eksterior seperti suhu penyimpanan, penanganan menghasilkan dan ketersediaan oksigen. Jika pada saat panen buah dan sayuran tidak begitu kotor, maka buah dan sayur dapat disimpan langsung tanpa dicuci karena lebih baik dalam menjaga kelembaban yang memungkinkan meningkatnya pembusukan pada buah dan sayur. Untuk menghasilkan buah dan sayur yang bagus terlebih dahulu dicuci dan harus benar-benar kering sampai dengan tingkat kelembaban yang optimal sebelum penyimpanan.
Pengemasan
            Suhu adalah faktor penting dari proses pengolahan pascapanen dan bertanggung jawab dalam respirasi buah dan sayuran. Suhu tinggi dapat meningkatkan laju respirasi dan pembusukan buah dan sayur dengan cepat karena adanya kadar air yang tinggi jika dibandingkan dengan produk pertanian yang memiliki kadar air yang kurang. Oleh karena itu, buah dan sayur memerlukan pengemasan yang baik untuk mencegah kerusakan fisik dan kimia yang mungkin terjadi. Kemasan yang tepat akan mencegah buah dan sayuran dari kerusakan mekanis karena lebih rapi dan rapat sehingga akan mencegah guncangan dan tubrukan selama proses bongkar muat yang juga akan berpengaruh terhadap nilai produk yang dihasilkan.
            Daya simpan dari beberapa produk juga dapat ditingkatkan dengan menggunakan kemasan modifikasi atmosfer yang mengendalikan oksigen dan karbon-dioksida dalam produk yang dikemas. Hal ini dimungkinkan karena laju respirasi buah dan sayuran dapat dikurangi dengan pengurangan kadar O2 dengan meningkatkan kadar CO2. Di zaman modern ini, untuk mengawetkan buah dan sayuran beberapa teknik pengemasan telah dikembangkan. Salah satunya adalah dengan menggunakan pengemasan aktif yang akan mengawetkan buah dan sayuran dalam waktu yang lama tanpa mengurangi kualitasnya.

Kemasan Aktif
Peningkatan permintaan buah-buahan segar dan sayuran dari konsumen mendorong produsen untuk membuat kemasan efisien agar buah dan sayuran tersebut tetap segar hingga waktu yang lama. Kualitas produk yang dikemas tidak dapat dibuat dengan teknologi kemasan umum karena teknik kemasan telah dikembangkan untuk pengendalian kerusakan dan menjaga kualitas buah dan sayuran agar tetap segar dan tahan hingga lama dengan cara menambahkan bahan aktif dalam bahan kemasan agar kualitas buah dan sayuran didalamnya terjaga dan meminimalkan kemungkinan kontaminasi dari luar serta menjaga waktu dan suhu dengan bantuan indicator yang bertujuan untuk menjaga kelembapan produk dan mengurangi kerusakan cepat pada produk.  

Perforated Films
Perforated Films merupakan kemasan yang digunakan pada buah dan sayuran yang akan di produksi. Penggunaan kemasan perforated films dapat menjaga produk yang akan dipasarkan tetap aman dan suhu yang optimal bagi buah dan sayuran. Hal ini disebakan karena pada kemasan terdapat lubang sebagai tempat keluar masuknya udara.

Pengemasan Pengurangan Kadar Oksigen
Pengemasan dengan mengurangi kadar oksigen dapat meningkatkan kualitas kemasan buah 4 sampai 3 minggu untuk suhu 100C dan pengemasan dengan cara tersebut memiliki hasil yang lebih baik dari pada tanpa Kemasanpengurangan kadar oksigen. Penurunan produksi etilen, menghambat aktivitas enzim dan meningkatkan kualitas produk tomat dengan tingkat oksigen terkendali hampir 3% atau CO2 tertutup untuk 20%. Studi mengungkapkan bahwa kombinasi dari 6% oksigen dan 14% CO2 dalam kemasan lebih memperpanjang masa kualitas suatu produk. Pengemasan pengurangan kadar oksigen dilakukan setelah studi intensif yang berkaitan dengan karakteristik buah dan sayuran diperlukan untuk mencapai kualitas yang lebih baik dari produk-produk tertentu.

2.4 Pendekatan Masa Depan
Populasi dunia tumbuh dengan pesat dan diperkirakan akan mencapai 10,50 miliar pada tahun 2050 yang berarti akan meningkatkan juga permintaan buah-buahan dan sayuran. Ketersediaan buah dan sayuran per kapita telah meningkat dengan pengurangan kerugian pascapanen. 95% dari total investasi riset investasi yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas, hanya 5% yang digunakan dalam pengurangan kerugian pascapanen buah dan sayur. Penelitian yang intensif diperlukan untuk meminimalkan kerugian pascapanen karena hampir setengah dari sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan telah menjadi busuk. Untuk mengurangi kerugian pascapanen yang efektif diperlukan komunikasi yang aktif dan pertukaran ide antara petani, pengolah hasil pascapanen, ahli makanan dan spesialis pasar buah dan sayuran karena penurunan kerugian pascapanen dapat dilakukan dengan penelitian dan penerapan pendekatan ilmiah baru. Dalam sebuah penelitian, peneliti telah mengamati bahwa pengolahan yang berorientasi penelitian sangat penting untuk mendapatkan produk yang bernilai tinggi, higienis dan ekonomis.



BAB III
KESIMPULAN
Penggunaan teknologi pasca panen sangat diperlukan karena mampu meminimalkan kerugian produksi buah dan sayuran sehingga tidak perlu menambah tenaga dan biaya untuk mendapatkan kualitas yang bagus dari hasil produksi serta dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam masyarakat. Hasil produksi yang berkualitas dapat meningkatkan harga jual dari buah dan sayuran sehingga petani mendapatkan keuntungan dari hasilp pertanian mereka sendiri.






Comments

Popular posts from this blog

Dasar Budidaya Tanaman Jeruk

Pengertian Menyerbuk Silang, Menyerbuk Sendiri, dan Hibridisasi.

Irigasi dan Drainase